"Bersama dengan membaca, jangan lupa ingat Tuhan"
Dear pembelajar,
Cukup banyak yang meragukan manfaat meditasi. Beberapa waktu lalu (bukan kali pertama), lagi-lagi, mendapat cerita pengalaman tentang meditasi. “Apa sih manfaat meditasi..kayanya ngga ada deh...saya pernah ikut program meditasi dan saya tidak merasakan apa-apa. Biasa aja...ngga ada beda..saya tidak merasa ada manfaatnya. Apa manfaat dari duduk diam..begitu-begitu saja..?”, kisahnya.
Saya kutip apa yang pernah
disampaikan oleh guru Gede Prama, bahwa meditasi itu seperti makan pisang.
Pisang itu manis tetapi bagaimana rasa manisnya pisang tidak bisa
dideskripsikan. Apakah manis pisang seperti manis gula? Tidak. Apakah manis
pisang seperti madu? Tidak. Jadi manisnya pisang hanya bisa dialami oleh yang
mengonsumsinya. Manfaat dari konsumsi pisang secara teratur bagi kesehatan, juga hanya bisa
dialami oleh konsumennya.
Demikian juga dengan meditasi. Ia manis, bahkan
sangat manis. Tetapi hanya yang melakukan meditasi yang bisa mengalami manfaat meditasi.
Orang-orang selalu tertarik kepada
seseorang (jiwa) yang sejuk, damai, tenang, stabil dan jauh dari
ke-kemrungsung-an** hidup. Jika diberitahu bahwa itu adalah efek meditasi, maka
mereka akan tertarik untuk belajar meditasi, karena setiap jiwa merindukan
ketenangan dan kedamaian.
Pada kali pertama, praktik meditasi adalah
belajar diam, belajar tenang, belajar mengamati pikiran yang perginya ke sana
kemari dan menyadari bahwa pada saanya saya akan mampu mengendalikan pikiran
dan bukan pikiran yang mengendalikan saya. Tanpa saya belajar hening, saya
tidak bisa mengalami meditasi.
Ingin mencapai kondisi jiwa yang sejuk,
damai dan tenang tanpa mau belajar sejuk, tenang, diam (hening) adalah sesuatu
yang impossible, bukan?
Nah—ini juga meditasi.
Terima kasih Tuhan, terima kasih sudah membaca. Salam hormat dan damai selalu.
Note: kemrungsung** = tidak pernah merasa cukup
No comments:
Post a Comment