"Bersama dengan membaca, jangan lupa ingat Tuhan"
Itu adalah satu kalimat curhat yang disampaikan oleh seorang brother. Agak istimewa sih ketika yang menyampaikan itu adalah seorang brother, sebab biasanya yang merasa tidak bahagia dan berani curhat adalah para sisters.
Tetapi setelah saya renungkan dalam-dalam, brother
atau sister hanya “kulit” atau “kostum”. Apa yang terbungkus dalam kostum
itu sama, yaitu “sang jiwa”, ruh, yang wajah aslinya adalah titik cahaya
(niskala), sosok ruhani.
Mengapa hidup saya tidak bahagia?
Karena sang saya tidak otentik. Karena sang
saya mengambil alih sifat yang bukan sifat asli. Sifat asli setiap jiwa adalah
sifat yang sangat dekat dengan Tuhan. Jika sulit menerima kenyataan, maka saya
tinggal mengingat-ingat bagaimana kondisi saya ketika bayi, atau melihat wajah
bayi. Innocent, suci, full of love, happy, tenang, damai. Semua sifat
Tuhan, ada pada dirinya.
Bahagia adalah power yang dianugerahkan
Tuhan kepada setiap jiwa sejak awal kelahirannya. Sedang penderitaan dan
kesengsaraan adalah power yang dianugerahkan oleh selain Tuhan.
Tuhan adalah Sang Pemberkah Kebahagiaan dan Penghapus Kesengsaraan. Jadi Beliau BUKAN Pemberkah kesengsaraan/penderitaan.
Gelar lain dari Tuhan adalah the Comforter of the heart. Jadi bagaimana mungkin memberi penderitaan/kesengsaraan?
Apa artinya jika saya tidak bahagia?
Artinya, ada yang kurang akurat dengan pemahaman
saya akan diri saya yang sebenarnya. Saya lupa ada hubungan istimewa apa antara
saya dan Tuhan sebagai “sosok” yang saya yakini sebagai Pencipta (diri) saya.
Setiap ciptaan Tuhan pasti high quality. Kebahagiaan
adalah kualitas illahi, sedang ketidakbahagiaan adalah kualitas diluar itu.
Jadi penyebab ketidakbahagiaan hanya
satu, yaitu, saya lupa kualitas asli saya. Saya lupa diri saya dan saya lupa siapa Creator saya.
Situasi yang buat saya tak bahagia, hanyalah trigger (pemicu) saja.
Tuhan adalah Sang Samudra Kebahagiaan.
Beliau adalah Tempat dimana saya bisa mengambil power kebahagiaan, karena Beliau
adalah Sang Penghibur Hati.
Saat saya bersedia menyadari hal ini, maka saya pasti akan
mengalami pengalaman istimewa.
Saya sadari bahwa sejatinya, pernah ada hubungan
yang intim dan istimewa antara saya dengan Tuhan. Saya harus menyalakan
kembali tali relasi yang telah padam itu. Saya ingat Beliau dan segera
terhubung dengan Beliau.
Hanya saya dan Tuhan, tak ada pihak ke
tiga. Saya duduk di hadapan Beliau dan bicara berdua, dari hati ke hati. Saya menyerahkan seluruh diri
saya, termasuk persoalan yang sedang saya hadapi. Saya biarkan Tuhan
menyelesaikan semuanya, karena saya percaya Tuhan. Saya percayakan itu semua
kepada Beliau.
Kemudian...
Seperti HP kehabisan batre dan saya harus
menghubungkan dengan sumber listrik agar batre terisi kembali...demikian juga
dengan diri saya yang lemah, bersedih karena kehabisan power of happiness. Saya
tinggal charging batre diri saya.
Saya tinggal terhubung dengan Sang Sumber
Kebahagiaan, Sang Penghibur Hati dan arus kekuatan kebahagiaan (power of
happiness) itu otomastis mengalir dalam diri saya.--------- Inilah meditasi.
Terima kasih Tuhan. Terimakasih kepada Anda
yang sudah membaca. Salam damai dan hormat selalu.💖
No comments:
Post a Comment