"Bacalah dengan tetap mengingat Tuhan"
Dear pembelajar,
“Meditasi
itu seperti apa? Saya ingin bisa meditasi, tapi takut tersesat”. “Iya..kalau
takut, baiknya jangan...”. Inilah biasanya yang saya katakan kepada mereka yang senang/tertarik kala melihat orang bermeditasi, ingin bisa meditasi tetapi takut tersesat. Disisi lain, untuk menghilangkan rasa takut dibutuhkan power of brave (kekuatan keberanian) dan power ini bisa didapat 'hanya' melalui kekuatan meditasi.
Beda
pengalaman, beda pula cara memaknai meditasi. Walaupun arti kata sebenarnya
adalah healing (penyembuhan), tetapi orang per orang, komunitas per
komunitas punya definisi beragam tentang meditasi.
Namun
demikian, satu hal yang sama yang dilakukan para meditator ketika mereka bermeditasi
adalah, bahwa mereka tengah menghubungkan dirinya dengan Sang Sumber,
Sumber Energi Tertinggi, Sumber Energi Tersuci, Yang Maha Suci, Yang Maha Agung, Yang Maha Esa, Sang Samudra Kasih, Sang Samudra Pengetahuan, Sang Pencipta,---yang diwakili satu kata, yaitu Tuhan.
Bagi yang
telah menjadikan meditasi sebagai the way of life, mereka tidak selalu
bermeditasi secara formal dengan duduk diam. Setiap gerakannya menjadi meditatif.
Karena sudah menjadi kebiasaan yang natural, maka bisa jadi orang tidak mengenali
bahwa mereka sedang dalam meditasi.
Makna
lain meditasi adalah remembrance, yaitu, mengingat Tuhan. Yang dimaksud dengan "mengingat" di sini adalah terhubung secara live dengan Tuhan. Apakah ini sulit? Atau mudah?
Tergantung!
Apakah
mengingat itu sesuatu yang sulit?
Memang mengingat sosok yang tidak
penting bukan hal mudah. Mengingat sosok yang dengannya saya tidak pernah
terkesan adalah sesuatu yang amat sulit. Lain halnya dengan sosok yang
berkesan, sosok yang saya cintai dan prioritaskan, mengingat dia pasti secara otomatis
terjadi. Saya mau apa saja ingat dia. Secara otomatis.
Nah,
meditasi juga begitu. Meditasi
menjadi sulit ketika saya tidak menempatkan Tuhan sebagai sosok yang paling prioritas dalam keseharian saya. Meditasi
menjadi sangat sulit manakala saya tidak pernah menempatkan Tuhan sebagai sosok
yang saya cintai dan kasihi dengan sangat.
Jika
saya tidak pernah terkesan dengan perilaku Tuhan, bagaimana mungkin saya bisa
konstan dan kontinyu mengingat Beliau?
Tetapi
jika saya buat diri saya jatuh cinta pada Tuhan, jika saya memampukan diri saya untuk terkesan kepada Tuhan,
mengasihi Tuhan dengan benar, maka otomatis, dalam setiap perbuatan, sosok
Beliau pasti terus terbayang-bayang dalam pelupuk mata saya. Apapun aktivitas
yang saya lakukan, mental saya selalu tertuju ke arah Tuhan.
Itulah
meditasi.
Jika
kondisi ini sudah dialami, maka kemanapun jiwa itu bergerak, maka pikirannya, kata-katanya dan tindak tanduknya akan selalu diwarnai oleh
warna Tuhan, warna illahi.
Terimakasih
sudah membaca. Jangan lupa ingat Tuhan. Semoga selalu damai sejahtera dan salam
hormat.
Terimakasih inspirasinya ya
ReplyDelete