Bacalah dengan mengingat Tuhan Yang Esa,
"Hanya Sang Benih yang mengenal dengan baik Sejarah Pohon"
Dear pembelajar,
“Saat usaha berada pada tahapan decline (penurunan/jatuh), kita dihadapkan pada dua pilihan, yaitu tetap bertahan dengan usaha tersebut atau beralih ke usaha lain. Saya harus pilih yang mana?”. Ini adalah pertanyaan Sdri. Muaf.
Ketika saya
melihat tanda-tanda bahwa usaha saya akan masuk pada tahap penururunan, yakni
ketika usaha saya menginjak tahapan maturity,
saya harus siap-siap. Saya harus segera melakukan re-engineering, pengembangan produk, pengembangan pasar, bahkan
jika perlu re-vision (meninjau
kembali visi/misi). Kegiatan-kegiatan ini harus dilakukan sebelum penurunan/kejatuhan
betul-betul terjadi.
Pertanda maturitas antara lain adalah sales yang stagnan, peningkatan sales yang tidak signifikan dan peningkatan sales yang semu (terjadi peningkatan penjualan, tetapi persentase peningkatan, makin lama makin kecil).
Pertanda maturitas antara lain adalah sales yang stagnan, peningkatan sales yang tidak signifikan dan peningkatan sales yang semu (terjadi peningkatan penjualan, tetapi persentase peningkatan, makin lama makin kecil).
Itu adalah teori.
Tetapi faktanya di dalam praktik, situasi tidak selalu semulus seperti yang
dikatakan oleh teori. Situasi dan kondisi sering tidak bisa diprediksi dan
sangat mungkin bisa menjadi variabel pengganggu kelancaran usaha saya, sehingga
usaha saya tiba-tiba mengalami kejatuhan.
Misal,
kenaikan harga bahan baku secara mendadak, serangan pesaing dari berbagai sisi (seperti
menghadirkan produk sejenis yang mempunyai keistimewaan lebih dari produk saya
dan harga yang lebih memikat, kelebihan dalam
hal kebaruan, pendekatan kepada pelanggan, pelayanan, penyerahan, garansi dsb),
perubahan selera (psikologis) konsumen, perubahan sosial, perubahan
budaya/kebiasaan, bencana alam, perubahan daya beli dsb. Ini semua bisa menjadi
faktor yang berkontribusi dalam kejatuhan usaha saya.
Jadi, mana yang harus saya lakukan jika saya sudah terlanjur jatuh? Tetap bertahan dan berusaha membangkitkan usaha yang sama, atau beralih ke usaha lain?
Bila saya
memilih yang pertama, ada beberapa pertanyaan yang harus bisa saya jawab,
antara lain:
- Apakah masih ada partner usaha (karyawan) yang loyal dengan saya? Apakah jumlah yang loyal ini, cukup untuk menyokong kebangkitan?
- Apakah ada yang memilih meninggalkan saya? Apakah yang ingin meninggalkan saya ini, merupakan asset signifikan?
- Jika ‘ya’, apakah saya punya penggantinya? Atau, saya sendiri bisa meeng-handle pekerjaan yang biasa dilakukannya?
- Bagaimana kondisi finansial saya? Apakah saya masih punya tanggungan kepada mereka yang memilih meninggalkan saya?
- Apakah saya sanggup melunasinya? Bagaimana cara saya melunasinya? Bisakah dengan cara-cara musyawarah yang sehat?
- Seberapa dalam saya kenal tentang bisnis yang baru tersebut?
- Apakah saya bisa belajar dari mereka yang lebih dahulu terjun di sana?
- Apakah saya punya persiapan modal cukup (finansial dan non finansial)?
Nah... yang
perlu saya ketahui adalah bahwa, untuk bisa menjalankan keputusan tersebut,
baik keputusan pertama maupun keputusan ke dua, saya butuh power, saya butuh kekuatan, saya butuh
energi yang bersih.
Energi bersih
dibutuhkan untuk menghapus kenangan-kenangan buruk pengalaman lama yang tidak
menyenangkan.
Baik bangkit dengan produk tetap seperti sebelumnya, maupun
beralih ke bisnis baru, dua-duanya, esensinya adalah, saya memasuki “dunia baru”.
Dalam mind set saya harus, “saya
masuk dunia baru, tantangan baru, berkah baru, pengalaman baru dan semua yang
lama, sudah selesai”. Mengapa?
Karena apapun yang lapuk, harus pergi. Saya tidak
boleh terus menerus terpaku memandangi kaca
spion, sehingga saya kehilangan fokus dalam berkendara demi mencapai tujuan yang ada di depan saya. Ini berbahaya.
Energi, power, kekuatan....diperoleh dari mana?
Dari Sumber
Energi Terbersih dan Tertinggi, yaitu Tuhan. Saya tidak bisa mengambil energi bersih dari
sumber lain, yang mempunyai komposisi yg sudah tercampur-campur (energi bersih
dan energi yang tidak bersih). Ini akan menjadi tidak optimal.
Maka, saya ambil
hanya dari Tuhan. Hanya Tuhan yang mampu memberi kekuatan murni, energi murni,
energi yang paling natural. Power baru dan bersih dari Tuhan memampukan saya
menjalankan sesuatu yang baru dengan pikiran baru, mindset baru, keberanian menerima pengalaman baru, kekuatan baru, dan kejernihan baru dalam intelek saya.
Terima kasih
sudah membaca..
Don’t forget
to remember God, always...
Untuk
melengkapi pengetahuan, silakan baca tulisan-tulisan sebelumnya, antara lain di sini dan di sini.
Ibu tinggal nya dimana Bu?
ReplyDelete