Bacalah dengan mengingat Tuhan,
"Jika telah bertemu Tuhan, tak lagi ada alasan untuk tidak damai dan bahagia"
Kita pasti sering mendengar orang
berkata, “Negara ini akan makin kacau
ketika orang baik hanya bisa diam saja”. Biasanya kalimat seperti ini hanya disampaikan
oleh:
- Orang yang merasa baik, yang sedang meyakinkan kepada kepada masyarakat bahwa dirinya adalah orang baik yang punya sikap terhadap situasi dan kondisi yang dinilai kacau (chaos).
- Orang yang merasa baik dan sedang kampanye mengajak orang-orang baik agar ikut dalam barisannya, mengambil sikap dan suara yang senada, atas situasi dan kondisi yang dinilai kacau.
- Orang yang merasa diri belum baik, lalu mempunyai harapan dan kecewa terhadap orang-orang yang dinilainya baik. Mengapa? Karena dalam penglihatannya, orang-orang yang dinilainya baik ini, tampak seperti diam saja, tidak punya sikap/kepedulian.
Benarkah
ketika orang baik diam, Negara ini akan makin kacau?
Semoga Anda sudah mendengar kabar bahwa hari ini, bukan hanya jiwa-jiwa di Indonesia, tapi juga jiwa-jiwa di seluruh dunia, sedang merindukan kedamaian. Mereka, jiwa-jiwa di seluruh dunia, sedang haus
dan dahaga kedamaian.
Bukti dari itu adalah meningkatnya
jeritan jiwa yang ingin menyudahi perang dan konflik. Ini bisa Anda dengar di
rumah-rumah ibadah dan di dalam rapat perkumpulan organisasi-organisasi dalam
masyarakat.
Siapapun yang tidak menyukai perang atau konflik, dapat dimaknai
sebagai menginginkan kedamaian.
Kedamaian tidak mungkin diperoleh atau
dicapai dengan cara yang gaduh. Satu-satunya syarat damai adalah keheningan. Mustahil
ada kedamaian tanpa keheningan. Peaceful is
impossible without silence.
Jika saya tidak masuk ke dalam
keheningan, bagaimana saya mampu menarik kedamaian dari Sang Samudra Kedamaian?
Jika
saya dan Anda tidak memiliki kedamaian dalam jumlah yang lebih , bagaimana
mungkin kita dapat memberikan atau berbagi kedamaian kepada orang-orang yang
sedang merindukan/memohon hadirnya kedamaian?
Relevan dengan hal tersebut, ada yang
mengatakan bahwa semua harus seimbang, sehingga
kejahatan diperlukan. Untuk mengenali kebaikan diperlukan adanya
kejahatan. Yang baik tidak bisa dikenali tanpa ada yang jahat. Pendapat ini tidak
salah.
Tetapi jika hari ini angkara murka mengambil
porsi yang lebih besar di dunia ini, ---Jika konflik dan perang serta
persoalan-persoalan ideology, politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum dan
hankam, mengambil bagian yang lebih besar dari ketentraman dan kedamaian, maka
apakah yang demikian bisa dinamakan seimbang?
Jadi bagaimana? Agar seimbang, Anda
bisa pertimbangkan diri Anda untuk berperan dalam menyeimbangkan ‘isi’ dunia.
Anda bisa mempertimbangkan untuk memperkuat
barisan tentara penyebar kedamaian. Sebab
bagian yang ini sedang tergencet angkara.
Tetapi harus diingat bahwa mustahil
Anda bisa membagi kedamaian tanpa Anda sendiri mempunyai jumlah kedamaian yang
berlebih dalam diri Anda. Dan------kedamaian itu---- mustahil diperoleh tanpa “diam
dalam keheningan”.
Kedamaian hanya bisa diperoleh dari
Tuhan, Sang Samudra Kedamaian. Kedamaian hanya bisa dicapai melalui
menghubungkan charger sang jiwa dengan Jiwa Maha Tinggi (Tuhan).
Suara Tuhan
tidak akan dapat didengar dalam kondisi gaduh/crowded. Masuk ke dalam rumah dan berkomunikasi dengan Tuhan, membutuhkan keheningan. Kontak dan menghubungan charger jiwa dengan Tuhan
memerlukan silence. Tanpa ini, kedamian
hanya akan merupakan cita-cita belaka.
Sekarang, mulailah belajar menyerapi
kedamaian dari Tuhan, agar Anda damai dan lalu bisa membagikannya kepada jiwa-jiwa
yang merindukan rasa damai, bukan hanya di Indonesia tapi juga untuk seluruh
dunia.
Salam Damai
Love and remembrance
No comments:
Post a Comment