Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu,
“The more you become quiet, the more you understand yourself”
Dear pembelajar,
Ini adalah lanjutan dari tulisan sebelumnya. Societal Marketing Concept agak sedikit lebih luas dibanding
marketing concept. Dalam societal marketing concept, disamping tujuan pemasar
adalah memuaskan kebutuhan dan keinginan pasar, pemasar juga bisa menstimulasi
minat target pasar. Pesaing dan persaingan tidak disinggung dalam marketing
concept, namun dalam societal marketing concept, pemasar memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumen, secara lebih efektif dan lebih efisien disbanding pesaing-pesaingnya.
Pemasar juga mempertimbangkan kepentingan masyarakat dalam hal memperoleh
kehidupan yang lebih baik.
“Lalu apa bedanya dengan
spiritual marketing?”, demikian sebuah pertanyaan masuk dalam catatan saya dan
inilah jawaban saya.
Dalam pemahaman saya, konsep
spiritual marketing adlah konsep pemasaran yang dilakukan dengan membangkitkan dan
menggunakan SQ (kecerdasan illahiah). Oleh karenanya, implikasi dari prinsip
ini mensyaratkan adanya kejernihan pribadi dari sang pemasar. Sang pemasar di
sini meliputi pemilik, pimpinan, karyawan, baik bagian penjualan maupun bagian-bagian
non penjualan. Memiliki usaha batik yang dalam penglihatan mata biasa
menghasilkan banyak keuntungan bagi orang-orang di dalam organisasinya, tapi
limbah pewarnaan melukai bumi dan pengairan, ini sangat tidak spiritual. Bertentangan
dengan nilai-nilai illahiah.
Mempunyai usaha plastic, yang limbahnya
jelas-jelas melukai lahan persawahan dan mempengaruhi kualitas hasil panen,
namun oleh lembaga pembuat stempel bebas pencemaran lingkungan, dibuatkan
stempel “aman bebas pencemaran”, ini juga tidak spiritual. Walaupun, perusahaan
bisa memberi kepuasan kepada pelanggannya, lebih efektif dan lebih efisien disbanding
pesaingnya.
Beternak ayam, bebek, kambing dan
lain-lain, yang disamping baunya melukai masyarakat setempat, juga mengabaikan
kebutuhan oksigen binatang, ini juga tidak spiritual. Walaupun, ia mengklaim
bisa lebih efektif dan efisien dari pesaingnya dan dapat memuaskan
pelanggannya.
Spiritual marketing, bukan hanya
berurusan dengan pesaing, pelanggan, dan masyarakat luas, namun juga perlakuan
terhadap komoditas yang diperdagangkan, juga cara-cara yang dilakukan selama
proses pemasaran berlangsung.
Pada saat saya menulis ini, kabar
bahwa walikota Surabaya memerintahkan penutupan/penyegelan terhadap sekitar 350
outlet waralaba yang punya embel-embel mart-mart,
banyak menghiasi media. Alasannya, mereka melanggar aturan pemilihan
lokasi.
Mereka merambah hingga ke wilayah perkampungan-perkampungan. Dikhawatirkan
toko-toko inilah yang membunuh usaha peracangan dan pasar tradisional. Secara ilmu
manajemen pemasaran biasa, sah-sah saja pemilik merek mart-mart tersebut menguasai pasar seluas-luasnya, namun kajian spiritualnya
adalah bahwa ini adalah bentuk keserakahan. Inginnya terkenal dimana-mana,
namun yang diperoleh adalah tercemar. Mempunyai modal nama besar dan sudah mapan,
tidak berarti harus merasa perlu menge-MART-kan seluruh Indonesia, bukan?
Apabila nama yang sudah mapan
tersebut digunakan untuk mengangkat toko-toko peracangan yang ada, mengajari dan
mendidik mereka bagaimana agar menjadi tempat belanja yang menarik, kejadian
penyegelan tidak akan terjadi dan nama mereka tetap settled. Inilah sentuhan spiritualnya! Bukankah persoalannya hanya
pada dana untuk tempat yang perlu sedikit lebih luas, penataan barang dagangan
dan kebersihan saja? Biarkan mereka menggunakan merek toko sendiri, tidak harus
dikuasai dengan embel-embel merek mart, bukan? Upaya menge-mart-kan Indonesia, untuk memenuhi kebutuhan apa coba?
Di dekat tempat tinggal saya, sebuah tempat belanja bernama MINA, berhasil menjadi besar dan tidak pernah sepi dari pengunjung. Meskipun namanya MINA, bukan Minamart.
Di dekat tempat tinggal saya, sebuah tempat belanja bernama MINA, berhasil menjadi besar dan tidak pernah sepi dari pengunjung. Meskipun namanya MINA, bukan Minamart.
Siapa yang sudah berhasil menjadi
besar dan lalu ingin terus menerus menguasai pasar, sekali lagi, terus menerus
ingin menguasai pasar, namanya ingin selalu tampil dimana-mana, ia pasti jatuh.
Bila tidak merugi, pasti mem-PHK karyawan secara besar-besaran. Siapa yang
sudah mengalami ini? Kita bahas ini di kelas.
Terima kasih sudah membaca. Salam bahagia dan terus
berkarya!
Link Terkait:
Link Terkait:
No comments:
Post a Comment