Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu,----
"Adalah mustahil mencapai hidup damai dengan cara-cara yang tidak damai dan tidak penuh cinta" (Aridha Prassetya)
Dear pembelajar,--
Tulisan ini juga dimuat dan sempat menjadi Headline di sini. Semoga ini menjadi penyejuk diantara panasnya hawa perpolitikan
menjelang pemilu. Jika berkonsentrasi pada upaya-upaya positif, hasilnya
pasti positif. Ini adalah catatan perjalanan saya mengikuti
gerakan-gerakan orang-orang muda yang (berpikir) positif dan selalu
optimis, meski hidupnya dihadapkan pada hal-hal yang banyak dinilai
negatif.
![]() |
Desa Sejuta Lontar, Hendrosari, Kec Menganti, Gresik, Jatim-Indonesia |
Adalah sebuah desa,
Hendrosari namanya. Ia terletak di Kabupaten Gresik, Jawa Timur
Indonesia. Hanya beberapa kilometer letaknya dari batas wilayah Surabaya
bagian barat dan Kabupaten Gresik. Sejak 2007, saya menamainya sebagai
Desa Sejuta Lontar. Dalam salah satu programnya yang pernah ada, Ditjen
DIKTI berkenan mendanai penelitian saya, lewat sebuah program yang
bernama PDM (Penelitian Dosen Muda). Waktu itu judul penelitian saya
adalah Lontar Sebagai Prime Mover Kegiatan Ekonomi Pedesaan.
Saya sebut prime mover, sebab
memang area seluas 79 hektar tumbuhan lontar yang menghampar di wilayah
ini, benar-benar merupakan penggerak utama kegiatan ekonomi di desa
ini. Tumbuhan lontar berhasil merangsang tumbuhnya kegiatan ekonomi
lainnya dan makin ke sini, makin pesat saja. Saya mengikuti dengan penuh
konsentrasi perkembangan-perkembangan yang terjadi, sebab, sejak
penelitian pertama kali itu, saya telah memutuskan untuk memilih
memusatkan kegiatan tridharma saya
di sana, di desa Sejuta Lontar itu. Warung-warung kuliner telah
berhasil didirikan oleh penduduk setempat dengan tanpa satu pun warung
yang tidak menyediakan legen/nira, minuman yang dideres dari bungan
tanaman lontar. Kini kehidupan ekonomi mereka mengalami kemajuan yang
berarti dibanding sebelumnya.
Lantas apa hubungannya dengan seni merubah citra desa?
Baiklah, mari kita
bicara. Dahulu kala, penduduk setempat tahunya hanya menjual toak. Tidak
banyak orang tertarik mengonsumsi legen, padahal hasil produksi
melimpah. Setelah dideres, usia ketahanan legen ini tidak lama. Hanya
dalam kurun waktu tiga-empat jam, legen yang tidak segera dikonsumsi,
akan mengalami fermentasi dan berubah rasa, dari manis menjadi kecut dan
menimbulkan bau khas. Legen yang terfermentasi inilah yang dikenal
dengan nama toak, yang apabila diminum, efeknya bisa memabukkan.
![]() |
Penderesan Legen/Nira Lontar hanya pagi&sore hari |
Toak yang melimpah
merangsang baik penduduk setempat maupun penduduk luar desa untuk
datang, hanya untuk minum atau mabuk-mabukan. Walhasil, citra desa ini
negatif. Adalah Hardi Sunaryo, seorang guru Madrasah Tsanawiyah, salah
satu penduduk asli desa tersebut yang tidak pernah berputus asa untuk
mengangkat citra desa, yang awalnya dikenal sebagai desa tempat
mabuk-mabukan, menjadi desa yang pelan-pelan memiliki value.
Bersama istrinya yang
mempunyai kepintaran memasak ayam panggang, didirikanlah warung kuliner.
Menu andalannya waktu itu adalah ayam panggang kecap, namun makin ke
sini, jenis menu yang ditawarkan menjadi sangat bervariasi. Warungnya
dinamai Berkah Illahi. Satu minuman andalan yang tertera pada daftar
menu adalah legen Syifa’ dan dhawet siwalan, minuman dhawet dari bahan
buah lontar.
Syifa’, artinya obat.
Guru yang satu ini memang tangkas! Sehingga Syifa’ dipilih sebagai merek
yang ditempel pada botol legen dagangannya. Sejak lama, legen dipercaya
dapat meluruhkan batu yang sedang dikandung oleh penderita batu ginjal.
Awalnya saya pun tidak memercayai itu, hingga kemudian saya sendiri
membaca penelitian adik-adik SMKN 1 Gresik. Ashfanul Imadina dan Afidatus Scholichah, melalui pembimbing Jaenuri, S.Pd dan Darwati, S. Pd., M. Si,
membuat sebuah penelitian yang berjudul Pemanfaatan Nira Siwalan
(Borassus flabellifer L.) untuk Meluruhkan Kristal Kapur yang
Diaplikasikan pada Pencegahan Penyakit Infeksi Saluran Urine.
Pada abstract karya
mereka, saya membaca bahwa mereka menggunakan dua kelompok obyek yang
diberi perlakuan. Kelompok pertama adalah batu kapur dengan berat
masing-masing 0,7 gr diberi perlakuan dengan pemberian air suling
(aquades) sebagai kelompok kontrol. Dan kelompok perlakuan diberi
nira/legen siwalan dengan dosis berbeda-beda, 50%, 60%, 70%, 80% dan
100%, dengan replikasi sebanyak 4 kali. Parameter yang diukur adalah
penurunan berat batu kapur setelah perlakuan. Hasilnya adalah terjadi
penurunan yang bermakna pada kelompok yang diberi tetes nira dari 0,1 gr
hingga 0,3 gr. Simpulan penelitian mereka adalah makin besar dosis nira
siwalan, makin cepat meluruhkan batu kapur dan endapan makin
terekspresi dengan jelas.
Bukan itu saja, dua
siswa SMK ini pun mengadakan wawancara dengan beberapa testimoni
penderita infeksi saluran urine, yang berhasil sembuh dari “obat
alternatif” ini.
![]() |
Mhsw FE Univ. 45 Sby Belajar Pemasaran pd Hardi Sunaryo |
Ketangkasan Hardi Sunaryo, tidak cukup hanya mendasarkan pemberian merek
Legen Syifa’ pada fakta testimonial dan hasil riset ilmiah SMK
setempat, namun juga dukungan ulama setempat berupa Cap/pengesahan.
Mengapa harus ada pengesahan dari ulama? Sebab, sebelumnya, masyarakat
tidak mengerti beda antara legen dan toak. Sebagian masyarakat
menganggap legen adalah minuman (maaf) haram dan memabukkan. Padahal
legen adalah tetes asli bunga lontar/siwalan, yang rasanya manis dan
berkhasiat sebagai obat.
![]() |
Darwis, Mhsw FE Univ. 45 (kiri) bersama Penjual Legen |
Pelan tapi pasti legen Syifa’ Berkah Illahi dan legen asli yang belum diberi merek dari desa Sejuta Lontar,
desa Hendrosari Kecamatan Menganti, Gresik Jatim berhasil menjadi
primadona. Namanya sudah mulai dikenal luas di sekitar Gresik, Surabaya
dan sekitarnya. Setelah legen Syifa’ diperkenalkan oleh Hardi Sunaryo,
maka legen siapapun (yang tidak bermerek) akhirnya ikut naik harga. Dari
yang dulunya berharga Rp 2000-2500 per 1,5 ltr sekarang mencapai Rp 15
ribu hingga Rp 20.000,-/ltr.
Kini citra desa
bergeser, dari desa tempat mabuk-mabukan, menjadi desa kuliner dengan
makanan khas ayam panggang, lalu kemudian sedang menuju menjadi desa
wisata. Beberapa waktu lalu, Bupati Gresik mencanangkan desa ini sebagai
Desa Wisata dan saya masih mempunyai beberapa catatan tentang kegiatan
ekonomi desa ini. Sampai jumpa pada tulisan berikutnya.
Terima kasih sudah membaca. Terima kasih Allah Yang Maha Berilmu. Terima kasih pada para mahasiswa FE Univ. 45 Surabaya dan semua yang menginspirasi. Salam bahagia dan terus berkarya!
No comments:
Post a Comment