Bacalah dengan nama Tuhanmu,_______
"Rumuskanlah sendiri masalahmu. Jangan menyuruh orang lain merumuskan masalahmu.
Mereka hanya bisa membantu penyelesaiannya" (Aridha Prassetya)
Mereka hanya bisa membantu penyelesaiannya" (Aridha Prassetya)
Dear pembelajar,
Banyak perusahaan menghabiskan
waktu dan dana yang cukup besar hanya untuk merumuskan visi, misi, tujuan dan
sasaran. Secara teori saya pun pernah menulis di sini tentang apa
definisi visi, misi, tujuan dan sasaran. Di Jalan Sukses,
saya hanya ingin bicara hal-hal praktis namun mendalam.
Kini Anda boleh melupakan kerancuan definisi-definisi tersebut, jika memang tidak ingin terganggu
dengan ragam pendapat para teoritikus. Saya mengajak Anda meringkas
semua itu menjadi satu frase saja. Yaitu, “sasaran tertinggi”. Sebagaimana “guru” saya ajarkan dalam The Highest Goal. Ia Michael Ray, inspirer
saya dalam menulis ini.
Nah, saya mulai dengan bertanya. Apakah Anda mempunyai sasaran hidup? Apa sasaran tertinggi Anda? Sebagian Anda mungkin menjawab ingin kaya, hidup mewah,
mempunyai perusahaan dll. Sebagian lainnya, sangat berbaik hati ingin melakukan
sesuatu yang menyenangkan semua orang. Tahukah Anda bahwa itu bukanlah sasaran
tertinggi?
Kita terlanjur
diajarkan untuk memahami sasaran tertinggi dari sisi “kontribusi potensial”
kita, BUKAN dari sisi “kekuatan” yang membantu kita untuk memberikan kontribusi itu.
Itulah sebabnya bahwa yang dimaksud dengan sasaran
tertinggi Anda sebenarnya, adalah membangun kekuatan dalam diri Anda agar Anda memliliki potensi untuk memberi
kontribusi. Bangunlah kekuatan diri Anda, dengarkan hati nurani Anda, gunakan
sumber daya batin Anda sendiri dan tempuhlah jalan hidup Anda sendiri.
Pikirkan quote
dari seorang Carl Jung ini:
“Visi Anda akan
menjadi jelas hanya jika Anda melihat ke dalam hati ANda. Siapa yang melihat
keluar, ia bermimpi. Siapa yang melihat ke dalam, ia terjaga.”
Suara hati/sumber daya batin itu sangat lembut. Saking lembutnya, kebanyakan dari
kita sulit untuk mendengarkan.
Ada kendala-kendala yang menghalangi kita
untuk berkompromi dengan sumber daya batin. Ada penghalang bagi kita untuk mendengarkan
kelembutan suara hati kita.
Pertama, perjalanan
kita menuju hati sering dihalangi oleh kebiasaan kita yang gemar meng_sub
optimalkan sesuatu. Apa maksud meng_suboptimalkan? Begini.
Coba Anda
ingat-ingat, pernahkah Anda mempunyai sasaran/cita-cita yang tinggi, kemudian
Anda cepat-cepat mundur, menggagalkan, mengurungkan dan kemudian mengubah
sasaran optimal Anda menjadi sasaran yang lebih kecil (lebih rendah), hanya
karena “masyarakat” tidak menganggap itu
sebagai bentuk “kesuksesan”? Itulah yang dinamakan dengan godaan meng_suboptimalkan.
Ke dua, perjalanan
kita menuju sasaran tertinggi, sering dihalangi oleh cengkeraman sosialisasi
dan perbandingan. Media, sekolah, orang tua, teman-teman dan masyarakat,
semuanya menyuruh kita mengejar kehidupan sukses yang akan dikagumi orang lain. Kita senantiasa membandingkan diri dengan orang lain, hingga kehilangan
kendali atas kehidupan kita. Kita tak lagi hidup menurut hakikat kita. Kita
hidup menurut gagasan orang lain tentang bagaimana seharusnya hidup dan apa
yang seharusnya kita lakukan.
Sasaran tertinggi
adalah bagian dari pencarian manusia. Tradisi Timur Hindu menyebut sebagai “dharma”,
Islam menyebut sebagai “amal ikhlas” dan Kristian menyebutnya sebagai “pelayanan”.
Dan perjalanan ke sana,
harus dimulai dari melakukan apa yang kita sukai dan apa yang berarti bagi kita.
Dharma, amal dan
pelayanan, sungguh tidak berarti (berjalan tanpa makna), jika tidak ada “kesenangan”
di dalamnya. Pelayanan yang dilakukan tanpa suka cita, tidak membantu baik
pelayan, maupun yang dilayani.
Menuju sasaran
tertinggi versi The Highest Goal, dapat
menjadi renungan Anda. Inilah dua pilihan jalan hidup yang perlu Anda renungkan. Pilihlah salah satunya!
- Melakukan apa yang tidak saya sukai tetapi harus, ATAU, melakukan apa yang saya sukai dan saya ketahui “bermakna”.
- Mencari pengalaman dalam melakukannya, ATAU, mencari pengalaman dalam melakukan yang saya sukai,
- Menjadi hebat dalam melakukan apa yang tidak saya sukai, ATAU, menjadi ektra mahir dalam melakukan yang saya sukai,
- Memperoleh kesempatan untuk berbuat banyak, ATAU, memperoleh kesempatan lebih banyak untuk melakukan apa yang saya sukai,
- Menjalani kehidupan hampa makna, ATAU, menjalani kehidupan yang penuh tujuan dan makna.
Nah, selamat
memilih!
Salam bahagia
dan terus berkarya!
No comments:
Post a Comment