Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu,____________
"Saya tidak tahu kunci sukses, tetapi kunci kegagalan adalah berusaha menyenangkan semua orang" (Bill Cosby)
Dear pembelajar,
Tulisan ilmiah juga
disebut sebagai karya tulis ilmiah. Sekali Anda masuk dunia akademis (kampus), maka
berbicara, membaca, mendengar dan menulis ilmiah, sudah harus mulai dijadikan
kebiasaan. Lembaga pembelajaran yang namanya Perguruan Tinggi, tidak akan
menghadiahkan “gelar” kepada para mahasiswanya, kecuali mereka bersedia
melaksanakan segala persyaratan pembelajaran dengan cara-cara ilmiah.
Syarat yang baru
saja disosialisasikan oleh DIKTI (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi) kepada
seluruh PTN/PTS adalah bahwa, mahasiswa S1, S2, S3 HARUS mempublikasikan karya
ilmiahnya terlebih dahulu, sebelum dinyatakan lulus dan layak diberikan gelar.
Dengan demikian, menulis karya ilmiah, tidak lagi bisa dihindari. Harus? Ya!
Tidak bisa ditawar-tawar. Itu tercantum dalam Surat Edaran DIKTI No 152/E/T/2012 tentang Publikasi Karya Ilmiah.
Samakah mengarang
biasa dengan membuat karya ilmiah?
Beda. Mengarang
bebas, bisa memasukkan unsur-unsur fiktif yang tidak logis (tak masuk akal),
namun karya ilmiah harus logis, didukung data dan fakta, dinalisis secara
ilmiah, disimpulkan, serta ditulis secara koheren. Apa arti ditulis secara
koheren? Artinya, harus ada kesinambungan antar kalimat, antar paragraph, dan
juga antar bab. Koherensi ini penting dalam menulis. Mengapa? Sebab menulis adalah
cara para intelektual, saling mengkomunikasikan gagasannya. Ini pembeda antara
ilmuwan dengan lainnya.
Komunikasi akan
efektif ketika yang diajak berkomunikasi mengerti pembicaraan. Demikian juga
dengan tulisan ilmiah. Tulisan ilmiah yang baik adalah tulisan yang mampu
membuat pembaca mengerti isinya.
Ada tiga unsur penting dalam membuat
tulisan ilmiah yang harus kita pegang teguh. Saya lebih mudah mengingatnya
dengan singkatan GPK (Gagasan, Pikir, Komunikasi). Lebih jauh lagi, tiga unsur
tersebut adalah:
- gagasan ilmiah
- (ber)pikir ilmiah
- komunikasi ilmiah
Maka, minimal,
jangan jauh-jauh dari GPK. Gagasan ilmiah (logis, masuk akal), diuraikan dengan
cara pikir ilmiah (ada data, fakta, dukungan teori/temuan ilmiah, analisis,
simpulan/generalisasi) dan dikomunikasikan dengan cara-cara ilmiah (runtut-berkesinambungan/koheren).
Bicara gagasan atau
dengan kata lain ‘ide’, banyak mahasiswa mengeluh “Aduh…aku tak puny aide..!”
Nah, bagaimana cara menemukan ide? Banyak cara menemukan ide antara lain dengan
“membaca”. Membaca bukan hanya dimaknai sebagai membaca, tetapi juga melihat,
mendengar dan juga berfikir.
Jauh ketika Isaac Newton
belum menemukan hukum/teori “Gravitasi Bumi”, buah apel yang jatuh mengenai kepalanya
saat ia tertidur di sebuah taman, adalah seperti kejadian yang tidak ilmiah
bukan? Newton mengakui dia harus berpikir terus menerus selama bertahun-tahun untuk
merumuskan hukum gravitasi.
Ketika seorang anak
kecil masuk ke dalam bak berisi air, lalu kita menyaksikan sebagian airnya
tumpah keluar, maka ini adalah peristiwa yang biasa saja bagi kita bahkan nampak
sama sekali bukan hal ilmiah yang perlu diselidiki. Tetapi tidak bagi seorang
Archimedes, hingga ia mampu menciptakan sebuah hukum dan juga kapal Archimedes. Awalnya ia
berendam dalam bak yang kemudian berteriak-teriak “Eureka…eureka…!” (saya menemukannya!), ketika
ia saksikan sebagian airnya tumpah keluar.
Itu hanyalah
sekelumit contoh saja, bahwa setiap sesuatu yang nampak tidak ilmiah di mata
kita, bisa kita telusuri keilmiahannya, hanaya jika kita bersedia “membaca”.
Bacalah! Dan mulailah gemar membaca sejak hari ini! Saya menjamin anda akan
mendapati diri anda akan berkelimpahan ide/gagasan ilmiah.
Jika ditengah-tengah
kegiatan membaca, kemudian anda mendapati diri anda sudah mulai bertanya-tanya
“hm….benarkah demikian?”, maka itu adalah pertanda bagus. Itu pertanda bahwa
“persoalan” itu bisa diteliti. Begitukah?
Ya! Sebab penelitian itu memang dimulai
dari keadaan curious (kecemasan,
kegelisahan, keingintahuan, keanehan/kesulitan untuk mengerti).
Nah, sebelum masuk
lebih jauh, saya ingin anda mengetahui terlebih dahulu apa saja yang harus ada
dalam sebuah tulisan ilmiah. Minimal, anda punya gambaran saja dulu, tentang
komponen/isi dari tulisan ilmiah.
Inilah isi tulisan
ilmiah (Etty Indriati: 2003):
- judul
- nama penulis (plus alamat/asal instansi)
- abstrak
- pengantar
- permasalahan penelitian
- bahan dan cara penelitian
- hasil penelitian
- pembahasan
- kesimpulan
- ucapan terima kasih
- daftar kepustakaan
Itu adalah format
standar karya ilmiah untuk kepentingan publikasi. Sedangkan untuk kepentingan
skripsi, masing-masing kampus memiliki format yang berbeda. Prinsipnya, jika
anda sudah dapat membuat tulisan sesuai kerangka tersebut maka anda tidak lagi
kesulitan dalam menyusun skripsi. Oleh karena itu, ikutilah tulsian saya
berikutnya soal karya ilmiah. Rajin-rajinlah berkunjung mengikuti perkembangan tulisan saya di sini.
Terima kasih sudah membaca,
Salam bahagia dan terus berkarya!
Salam bahagia dan terus berkarya!
CATATAN :
Kini
BUKU Melawan Hantu Bernama Skrispsi, dapat DIPEROLEH LANGSUNG dengan HANYA Rp 50.000,- (lima puluh ribu
rupiah).
Harga
sudah termasuk:
- ONGKOS KIRIM dari Kantor Surabaya ke SELURUH WILAYAH Indonesia,
- Konnsultasi Gratis Kegalauan Soal Skripsi yang meliputi judul/Topik, penentuan masalah penelitian, variabel penelitian, dan metoda/pendekatan yang digunakan dalam analisis (BUKAN jasa pengolahan data),
- Konsultasi dilakukan melalui Chatting FB http://www.facebook.com/groups/skripsicepat/
tak tunggu berikutnya...
ReplyDeleteSalam Bahagia
nice article ^^
ReplyDeletebuleipotan.blogspot.com